Sungguh kalbuku bertanya bila rembulan kembali merayu kalau lalu terbawa bayu merana ku sebab tak tahu aku rindu kau, kekasih…Gambar manismu mengusik malam. Ketempat tinggi aku mengadu… Katakan saja bila bersua kusambut asmara sepenuh hati. Dingin hening membawa pilu. Bertemu hanya untuk berpisahkah kita? Menyatukan sukacita dalam nestapa diayun gelombang bimbang menderu.
Gugur dedaunan lunglai diterpa bayu… Seiring seruling bambu mengalun sendu. Cuma semalam belaka hitungan waktu. Terhilang kemanisan satu demi satu…
Lincah berkelap-kelip kunang-kunang. Ditempa bingar gelak tawa riang. Jauh diriku tenggelam di kelam. Heran, hening, ikuti lampu malam…
Birakan aku membawamu, anak perempuan padang, kepada pencinta kebun anggur. Anggur yang kita peras akan memadamkan api kerinduan.
Tak perlu kau takut, cintaku, karena tak pernah memiliki bintang-bintang di ketinggian. Kepadamu mereka akan menceritakan apa yang mereka ketahui. Halimun tipis malam berputar di kebun anggur ini, Mereka akan menyimpan rahasia-rahasia kita
Cinta itu laksana air mancur yang airnya digunakan pengantin roh untuk dicurahkan ke dalam roh orang-orang kuat, yang membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang malam dan menyenandungkan nyanyian-nyanyian pujian di hadapan matahari siang hari
Cinta adalah cahaya gaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah arak-arakan yang berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesadaran dan kesadaran
kau telah melepas dahaga ku disaat kau ulurkan secangkir cinta dan kasih sayang
rembulan takkan mampu menandingi indahnya pancaran dua bola matamu
seiring senandung do'a yang ku kirimkan juga ku ucapkan selamat tidur sayang
Log in